Komunikasi Verbal dan Komunikasi NonVerbal

Komunikasi Verbal dan Komunikasi NonVerbal | Pada dasarnya dalam teori komunikasi, dikenal dua bentuk umum komunikasi yang digunakan dalam kehidupan manusia, juga dalam kehidupan organisasi perusahaan, yakni komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.
komunikasi verbal dan nonverbal




Yang dimaksud dengan Komunikasi verbal adalah komunikasi yang pesannya berbentuk pesan verbal yakni pesan yang berbentuk kata. Pesan verbal ini dapat dikomunikasikan secara tertulis (verbal/nonvokal) dan dapat juga secara lisan (verbal/vokal). Menelepon orangtua yang sudah tua, mengobrol dengan kawan akrab, ngerumpi dengan tetangga sebelah, mempresentasikan makalah dalam seminar Bahaya Narkoba, membaca koran Republika, mencatat bahan kuliah Komunikasi Bisnis di perpustakaan, mendengarkan radio Delta FM, menonton novaleta Carita de Angel di televisi, merupakan contoh-contoh bentuk komunikasi verbal. 

Proses komunikasi mencakup pengiriman pesan dari sistem saraf seseorang kepada sistem saraf orang lain, dengan maksud untuk menghasilkan sebuah makna yang serupa dengan yang ada dalam pikiran si pengirim. Pesan verbal melakukan hal tersebut melalui kata-kata, yang merupakan unsur dasar bahasa, dan tentu saja kata adalah simbol verbal.

Bahasa adalah merupakan instrumen pikiran yang berharga; kini diketahui bahwa kadang-kadang bahasa mengganggu kemampuan berpikir kritis. Misalnya, orang akan sangat berhati-hati di sekitar tangki yang berlabel “bensin”, tapi akan merokok dengan tenang di sekitar tangki bensin berlabel “tangki bensin habis”, padahal uap bensin di dalam tangki kosong tersebut, jauh lebih mudah menyala daripada bensinnya.

a.     Berbicara dan Menulis
Pada umumnya, sebagian orang lebih senang berbicara  (komunikasi verbal/lisan atau verbal/vokal) daripada menulis (komunikasi verbal tertulis atau verbal/nonvokal). Alasannya, karena lebih praktis. Namun perlu disadari, tidak semua hal bisa disampaikan secara lisan. Rapat bisnis, presentasi dan demo penggunaan produk baru, adalah dua contoh komunikasi verbal lisan dalam organisasi perusahaan. Pesan yang sangat penting dan rumit, lebih tepat disampaikan dengan menggunakan tulisan. Contoh untuk komunikasi verbal/ tertulis atau verbal/nonvokal dalam organisasi perusahaan adalah surat­menyurat (korespondensi) bisnis.
komunikasi verbal dan nonverbal
b.     Mendengarkan dan Membaca
Perlu disimak bahwa komunikasi yang efektif merupakan komunikasi dua arah. Orang-orang yang terlibat dalam dunia bisnis cenderung lebih suka memperoleh informasi daripada menyampaikannya. Di sini dibutuhkan keterampilan mendengarkan dan membaca.

Harus dibedakan antara ‘mendengar’ dan ‘mendengarkan. ‘Mendengar’ berarti semata-mata memungut getaran bunyi. Sementara, ‘mendengarkan’ adalah mengambil makna dari apa yang didengar. Artinya, dalam ‘mendengarkan’ ada empat unsur yang dilibatkan yakni, mendengar, memperhatikan, memahami, dan mengingat.

Dalam kaitannya dengan keterampilan membaca, seseorang sering mengalami kesulitan memahami pesan-pesan penting dari suatu bacaan. Sebuah riset yang dilakukan oleh Irwin Ross pada tahun 1986 menemukan bahwa di Amerika Serikat sekitar 38 persen dari orang dewasa mengalami kesulitan untuk memahami iklan di koran-koran.

Meskipun mendengarkan dan membaca adalah hal yang berbeda, keduanya memerlukan pendekatan yang serupa. Langkah pertama adalah mencatat informasi (pesan), yang berarti seseorang harus memusatkan perhatian pada pembicaraan yang tengah berlangsung atau bahan yang sedang dibacanya. Setelah dapat menangkap inti pembicaraan atau bacaan, langkah selanjutnya adalah menafsirkan dan menilai informasi. Langkah ini merupakan bagian terpenting dari proses mendengarkan. Sambil melakukan penyaringan suatu informasi, seseorang harus dapat memutuskan mana informasi yang penting dan mana yang tidak penting.

Suatu pendekatan yang dapat dilakukan adalah mencari ide pokok dan ide-ide pendukung secara rinci. Jadi, untuk dapat menyerap informasi dengan baik seseorang harus dapat berkonsentrasi kepada apa yang sedang dibaca atau didengar.

Untuk maksud agar dapat dipelajari, maka dibedakan komunikasi verbal dari komunikasi nonverbal, meskipun dalam kehidupan sehari-hari sulit bagi seseorang untuk memisahkan keduanya. Misalnya, apa yang diucapkan akan dikualifikasi dan dimodifikasi oleh bagaimana cara mengucapkan hal itu yang meliputi nada suara, ekspresi wajah, tatapan mata, dan lain-lain, juga oleh respons verbal dan nonverbal yang diterima dari orang lain pada saat itu juga. Interaksi ini berlangsung secara berkesinambungan.

Komunikasi nonverbal


Definisi secara umum komunikasi nonverbal yaitu komunikasi tanpa kata. Sebenarnya dari sisi disuarakan (vokal), komunikasi nonverbal masih dapat dibedakan dengan komunikasi nonverbal/vokal, misalnya menggumam atau menggerutu, dan komunikasi nonverbal/nonvokal yang juga dikenal sebagai bahasa tubuh (body language), misalnya, ekspresi wajah atau gerakan tangan.


Dari suatu penelitian yang telah dilakukan oleh pakar-pakar di bidang komunikasi ternyata bahwa semua gerakan tubuh manusia mempunyai suatu makna dan tidak ada gerakan yang bersifat kebetulan (Birdwhistell, 1952 yang dikutip Robbins, 1996). Mengangkat alis diartikan tidak percaya, menggosok hidung karena menghadapi teka-teki, melipat lengan untuk memencilkan diri atau melindungi diri, mengangkat bahu diartikan sebagai acuh tak acuh (cuek), mengetuk-ngetukkan jari tanda tak sabar, memukul dahi karena lupa sesuatu. Mengacungkan tangan untuk memilih “ya” pada suatu rapat, menghentikan taksi, saling memberi isyarat dengan mitra main bridge. Duduk di tepi kursi dalam suatu seminar yang membosankan dan terus memilin-milin rambut. Menyentuh dengan lembut tangan seorang kawan untuk menghiburnya, dan seterusnya.

Pada dasarnya, komunikasi nonverbal memiliki beberapa fungsi yakni, menggantikan komunikasi verbal, menguatkan komunikasi verbal, atau menentang komunikasi verbal.
Sebuah komunikasi nonverbal yang menggantikan komunikasi verbal sering lebih mudah ditafsirkan. Beberapa ekspresi (komunikasi nonverbal) yang setara dengan komunikasi verbal yang singkat seperti ‘ya’, ‘tidak’, ‘halo’, ‘selamat tinggal’, ‘saya tidak tahu’, dan sebagainya. Jika sebuah komunikasi nonverbal menguatkan komunikasi verbal, maka makna yang dihasilkannya cepat dan mudah dimengerti, dan juga meningkatkan pemahaman. Kadang-kadang suatu isyarat tunggal seperti gerakan tangan atau tertegun beberapa saat, memberi penekanan khusus kepada satu bagian pesan sehingga pendengar mampu untuk melihat apa yang paling dipentingkan oleh sang pembicara.

Kesulitan mapun hambatan lalu timbul dalam menafsirkan makna yang dimaksud jika komunikasi nonverbal yang diterima berlawanan dengan komunikasi verbal yang juga diterima. Bayangkan percakapan antara sepasang suami-istri yang baru saja bertengkar hebat. Sang istri bertanya kepada suaminya,”Sayang, apakah kau masih marah?”. “Tidak”, jawab sang suami, “tidak apa-apa”.”Tetapi suaramu mengesankan kau masih marah!”, ujar sang istri. Perkataan si suami mengandung suatu pesan (sebagai pesan pertama), dan suaranya mengandung pesan (sebagai pesan kedua) yang lain yang maknanya saling bertentangan. Boleh jadi sang suami tidak menyadari pesan yang kedua. Pesan mana yang mungkin dipercayai oleh sang istri?

Isyarat (pesan) nonverbal biasanya lebih berpengaruh daripada pesan verbal. Umumnya, jika seseorang menerima dua pesan yang tidak sesuai satu sama lain, maka ia lebih cenderung mempercayai pesan nonverbal.

Sumber: Pace & Faules, 1998 (dimodifikasi)

HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI 
Tabel 1.1. : Contoh Bentuk Komunikasi


VERBAL
NONVERBAL
Lisan (vokal)
Wawancara
Berbicara pelan
Tertulis (nonvokal)
Laporan
Diagram atau tata letak
Gambar (nonvokal)
Uraian suatu adegan
Sketsa suatu adegan

  1. Faktor Media : Media di sini menyangkut saluran dan alat komunikasi yang digunakan oleh mereka yang berkomunikasi. Jenis pesan (verbal & nonverbal) yang dikirimkan akan menentukan saluran dan alat komunikasi yang akan digunakan, sehingga ketidaktepatan memilih media (saluran & alat) komunikasi mudah menimbulkan kesalahpahaman.
  2. Faktor Psikologi : Hal-hal yang termasuk ke dalam faktor psikologi antara lain emosi, persepsi selektif, dan penyaringan dari pelaku komunikasi. Bagaimana emosi (perasaan) penerima pesan pada saat menerima pesan akan mempengaruhi bagaimana penerima pesan tersebut menafsirkan pesan itu. Di samping itu, penerima pesan dalam proses komunikasi secara selektif (memilah & memilih) melihat dan mendengar berdasarkan kebutuhan, motivasi, pengalaman, latarbelakang, dan karakteristik pribadi penerima pesan itu. Juga, adanya kecenderungan pengirim pesan merekayasa (menyaring) pesan sedemikian rupa sehingga akan tampak lebih menguntungkan di mata penerima pesan.
  3. Faktor Pendidikan : Pendidikan di sini adalah tingkat pendidikan dari mereka yang melakukan komunikasi. Perbedaan tingkat pendidikan mengakibatkan antara lain, perbedaan penggunaan bahasa seperti istilah, akronim, singkatan, pilihan kata dan seterusnya, dan kondisi ini mudah menimbulkan kesalahpahaman di antara pelaku komunikasi itu.
  4. Faktor Budaya : Yang dimaksud dengan budaya di sini adalah budaya dari pelaku komunikasi tersebut. Perbedaan-perbedaan faktor budaya seperti bahasa, pola komunikasi nonverbal, norma, kepercayaan dan nilai yang berakar dalam sistem budaya keseluruhan mudah dan sering menimbulkan kesalahpahaman di antara pelaku komunikasi.
  5. Faktor Mendengarkan : Maksudnya adalah kemampuan mendengarkan dari mereka yang berkomunikasi. Dari berbagai penelitian yang pernah dilakukan ternyata bahwa orang lebih banyak mendengarkan dibandingkan membaca, berbicara, dan menulis. Jika orang lebih banyak mendengarkan daripada berbicara, lalu mengapa ‘mendengarkan’ menjadi masalah?

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, bahwa ada perbedaan antara ‘mendengar’ dan ‘mendengarkan. ‘Mendengar’ berarti semata-mata mengambil getaran bunyi. Sementara, ‘mendengarkan’ adalah mengambil makna dari apa yang didengar. Artinya, ‘mendengarkan’ merupakan proses yang rumit dan tidak sederhana yang melibatkan empat unsur yakni, mendengar, memperhatikan, memahami, dan mengingat.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika ‘mendengarkan’ merupakan masalah bagi setiap orang yang berkomunikasi, karena adanya perbedaan individual dalam unsur-unsur ‘mendengarkan’ yaitu perbedaan kemampuan mendengar, memperhatikan, memahami, dan mengingat. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Komunikasi Verbal dan Komunikasi NonVerbal"

Post a Comment