Sepulang dari Jepang

Sekian lama tidak posting di blog membuat hati ini serasa hampa,...hehehe (tidak deng) kan sudah ada yang menemani hidupku sekarang, jadi tidak sendiri lagi. kali ini saya ingin bercerita kehidupan saya selepas pulang dan selesai menjalani kehidupan diJepang sebagai peserta magang (kenshusei). Tepatnya pada tanggal 11 Januari 2014 jam 5 sore landing di bandara Denpasar Bali, kemudian melanjutkan ke Jogjakarta dan sesampainya disana saya di jemput orang tua dan saudara.  alangkah senangnya bisa kembali dan bertemu dengan keluarga dan melihat indahnya Indonesia (walau Jepang tidak kalah cantik), namun yang pertama kali saya rasakan waktu menginjakkan kaki di tanah ibu pertiwi ini adalah udara yang panasa dan gerah, bakan saat kondisi hujan dimana yang lain berselimut sarung saya tetap di depan kipas angin karena kepanasa. mungkin karena waktu saya meninggalkan Jepang disana sedang puncaknya musim dingin, sehingga perbedaan suhu yang mencolok tersebut membuat badan ini perlu beradaptasi.


Satu minggu dirumah saya habiskan dengan jalan- jalan dan silaturahim kerumah saudara dan teman sekolah. walaupun saya orang Indonesia dan sejak kecil di besarkan di Indonesia namun saya sedikit mengalami culture shock sesudah pulang, dimana waktu diJepang saya jarang dan hampir tidak pernah mendengar bunyi klakson, namun betapa kagetnya karena banyak klakson yang bersautan tidak karuan. 

kemudian biasanya kalau mau menyebrang jalan tinggal angkat tangan maka mobil dan kendaraan lain akan mempersilahkan kita menyebrang dengan menghentikan kendaraan meraka. Namun di tanah air ku ini budaya tersebut hampir tidak ada, bahkan saya merasa takut untuk menyebrang jalan. tidak hanya itu kondisi sampah yang berserakan dimana- manapun sungguh sangat disayangkan, karena sebagus apapun suatu tempat atau kota maka akan hilang keindahannya jika banyak sampah yang berserakan. bukan maksud saya membandingkan dan menyebut Indonesia kurang baik, melainkan kondisi ini adalah realita yang dimana perlu diperhatikan oleh kita semua. kalau ada suatu hal yang lebih baik kenapa tidak kita hijrah untuk menerapkan hal yang baik tersebut.

Menurut guru bahasa Jepang ku,  jepangpun pernah mengalami masa seperti Indonesia dimana sungai- sungai kotor dan tercemar, namun dari perasaan risih terhadap kondisi yang ada akhirnya mereka menerapkan budaya hidup bersih dan membuang sampah pada tempatnya.

di agama kita sendiri pun budaya mengenai kebersihan sudah diajarkan jadi tinggal penerapannya saja. mari kita mulai dari diri kita sendiri untuk membuang sampah pada tempatnya.


Ternyata setelah ditinggal 3 tahun, harga- harga di Indonesia sudah naik bahkan lebih dari 50% waduhhh,...pergerakan harga yang tidak tanggung- tanggung,.. melihat kondisi ini membuat saya merasa harus cepat- cepat mendapatkan pemasukan kalau tidak ingin keuangan defisit. Alhamdulillah 3 hari setelah saya pulang saya langsung mendapat tawaran sebagai penerjemah Bahasa Jepang, awalnya sih bingung karena saya merasa belum fasih dalam menggunakan bahasa Jepang, terlebih sebagai penerjemah karena saya bukanlah lulusan sarjana Bahasa Jepang yang fokus mempelajari Bahasa Jepang saya hanyalah siswa magang yang kesehariannya di bekerja di pabrik. bimbang campur bingung, untuk mengambil keputusan saya meminta pencerahan ke orang tua, dan orang tua saya mengusulkan untuk mencoba biar bisa jadi pengalaman dan akhirnya sayapun memutuskan mengambil chance tersebut. 

Kisah mengenai jatuh bangun sebagai penerjemah akan saya posting dilain waktu.

Apa yang akan kita rasakan di kemudian hari tergantung dari apa yang diusahakan saat ini, jadi mari kita bersemangat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sepulang dari Jepang"

Post a Comment